Komposisi Dalam Video

Dalam penggambaran video komposisi merupakan satu perkara yang tidak kurang pentingnya. Komposisi gambar adalah berkaitan dengan cara mengatur elemen-elemen satu-satu shot sebagai satu cara komunikasi dengan lebih berkesan. Dalam masa yang sama dapat mencapai satu imej yang seimbang dan menyelesakan. Komposisi yang baik dapat dicapai dengan cara latihan. Setiap kali kita ingin memulakan shot, elemen dalam bingkai perlu diteliti. Jadikan satu kebiasaan memerhatikan setiap elemen didalam frame yang hendak dirakam. Beri perhatian disetiap sudut viewfinder kamera supaya elemen yang tidak diperlukan tidak masuk dalam frame yang ingin dirakam, umpamanya separu tubuh manusia atau separuh daripada bangunan. Seringkali ingatkan diri kita, mengapa kita mengambil shot berkenaan, apa yang kita cuba untuk sampaikan dan apakah kesan yang diharap untuk dicapai. Keluarkan elemen-elemen yang tidak diperlukan dari bingkai atau frame. Contohnya ialah dua orang sahabat yang telah berpuluh tahun tidak berjumpa dan apabila berjumpa mereka berpeluk dengan erat. Keadaan berpelukan itu hendaklah di shot dengan CLOSE UP atau EXTREME CLOSE UP yang menggambarkan keintiman mereka.

Merakamkan subjek yang sedang bergerak juga perlu berhati-hati kerana pergerakannya yang tidak dijangka akan menyebabkab subjek akan terkeluar daripada frame atau bingkai. Contohnya apabila merakam seorang pemain bola sedang membawa bola di kakinya, ruang dihadapan pemain hendaklah diluaskan. Ruang dihadapan ini dikenali sebagai WALKING ROOM sementara ruang dibelakang lebih kecil (BACK ROOM/ BACK SPACE).

Begitu juga bila merakamkan seseorang sedang memandang sesuatu, ruang dihadapan atau LOOKING ROOM atau juga LOOKING SPACE mestilah lebih luas dari bahagian belakang(BACK ROOM/ BACK SPACE).

Prosedur Transfer Data Video ke Media Penyimpan

Bagaimana Cara Menyimpan File Di Dalam CD
 
Untuk menyimpan file, mengcopy file, membackup file ke CD, silahkan ikuti caranya berikut ini, dan tulisan ini juga merupakan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh salah seorang Liker FB melalui Halaman FB Belajar Ilmu Komputer mengenai cara mengcopy windows xp ke cd. Dalam penjelasan saya ini, copy file ke CD menggunakan 2 metode yaitu yang pertama menggunakan aplikasi Nero dan yang kedua tanpa menggunakan aplikasi Nero. Kedua metode ini sama-sama membutuhkan syarat yang harus dipenuhi yaitu komputer yang digunakan untuk menyimpan file di CD harus memiliki perangkat yang disebut dengan CD/DVD-RW Drive. CD/DVD-RW Drive memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis di piringan CD, berbeda dengan CD-ROM Drive yang mempunyai kemampuan sebatas membaca saja dan tidak dapat menulis di piringan CD.
 
Cara Menyimpan File di CD Tanpa Nero
 
Meskipun pada komputer yang digunakan untuk menyimpan file dalam CD tidak terdapat aplikasi Nero Burning, kita masih bisa menyimpan file dalam kepingan CD caranya adalah sebagai berikut.
 
1. Masukan Blank CD (CD-R/CD-RW baru) ke dalam CD/DVD-RW Drive
2. Copy file-file yang hendak disimpan di CD kemudian dipaste di CD-Drive
3. Klik Kanan pada CD/DVD-RW Drive, kemudian pilih burn file to CD
4. Tunggu hingga proses burning selesai.
5. Selesai
 
Di atas adalah cara copy file ke CD tanpa menggunakan software Nero Burning, dan berikut ini adalah Cara copy file ke CD menggunakan aplikasi Nero.
 
Cara Copy File Ke CD Menggunakan Nero
 
  1. Klik Start-All Programs-Nero-Nero StartSmart
  2. Klik menu Data – Make Data Disc
  3. Klik tab Add
  4. Pilih file yang akan di copy ke CD kemudian klik Add, lakukan ini berulang kali untuk memasukkan file-file yang hendak dicopy ke CD.
  5. Bila sudah selesai memilih file, langkah selanjutnya adalah klik Finished
  6. Klik Next
  7. Klik Burn dan tunggu hingga proses burn file ke CD selesai.
  8. Selesai
 
Sebagai tambahan, untuk memasukkan file selalu perhatikan maksimum kapasitas sebuah CD dengan melihat indikator pada bagian bawah file-file yang dipilih, usahakan jangan sampai bar indikator menunjukkan warna merah, karena warna merah berarti kapasitas file yang dipilih sudah melebihi batas maksimum daya tampung sebuah CD/DVD.
 
Demikian tips mengcopy file ke CD dari blog BIK Pemula, Semoga artikel ini bisa membantu dalam melakukan copy file dari harddisk ke CD atau dari flash disk ke CD maupun dari media penyimpan data lainnya ke CD. Mau lebih jelas tips burn file ke cd, silahkan baca artikel Tips Burn File ke CD.

MEMAHAMI PENGOPERASIAN PENCATAT ADEGAN

    Pada saat rekaman gambar baik di studio atau lokasi film pimpinan
kerabat kerja dipegang oleh Sutradara atau Pengarah Acara. Sutradara
mengarahkan pemain dan dibantu kerabat kerja teknik seperti juru
kamera, juru suara, penata lampu, make up, pencatat adegan juga penata
artistik. Film televisi saat itu menggunakan direct recording yaitu
suara langsung direkam di lokasi. Juru kamera mengambil gambar
mengunakan kamera Arri BL, ST, SR sedangkan juru suara merekam suara
dengan peralatan Nagra. Sistem kerja dalam rekaman gambar ini double
sistem dimana gambar dan suara terpisah. Film menggunakan ukuran 16 mm
sedangkan pita suara ukuran 1/4 inchi yang nantinya saat akan editing
di studio pita ini ditransfer ke format 16 mm.

    Karena gambar dan suara menggunakan medium terpisah satu sama lain
maka haruslah antara keduanya terdapat suatu cara yang menjamin
tercapainya keserempakan (sinkronisasi). Untuk mencapai sinkronisasi
harus dipenuhi hal-hal berikut ini:

1. Adanya tanda yang merupakan awal yang bersamaan antara gambar dan
suara . Ketika shooting tanda awal ini diberikan oleh clapper board yang
memuat informasi berupa gambar (misal film 1 pita 1) dan clapper ini
direkam dulu sebelum pemain berakting. Dengan pedoman ini editor film
dapat mensinkronkan gerakan gambar dan suara berdasarkan lipsing mulut
pemain.

2. Kecepatan antara medium yang merekam gambar (kamera) dengan kecepatan
pita suara harus sama. Untuk media televisi keserempakan gambar dan
suara mempunyai kecepatan 25 frame per second. Untuk rekaman suara
double sistem dapat digunakan pita licin yang diberi perforasi magnetis
melalui perekaman pilot signal ( signal yang mensinkronkan ) juga
perforated audio tape.

 

 

September 1952: Clapper boy Michael Shepherd records a shot on the
level-crossing sequence when a steamroller and a steam engine in the
Ealing comedy film ‘The Titfield Thunderbolt’. Original Publication:
Picture Post – 6043 – The Thunderbolt Rides Again – pub. 1952 (Photo by
Daniel Farson/Picture Post/Getty Images)

 

 

Dalam pengambilan gambar untuk sinkronisasi tidak hanya cukup jika
gambar dan suara berjalan dengan kecepatan sama tetapi juga saat
permulaan pengambilan gambar. Lazimnya merekam klaper board lebih dulu
sebelum pemain berakting. Aba-aba sutradara memerintahkan juru suara
dan juru kamera dengan perintah, “sound siap… running. kamera siap… running.” dan clapor boy membacakan film 1 pita 1 ( sebagai contoh
saja ) sequence 2 shot 3 lalu mengatupkan papan kleper tersebut dan
berbunyi “klak”.

Bunyi “klak” inilah nantinya dijadikan pedoman sinkronisasi di
editing berapa frame suara atau gambar saling mendahului. Dengan
memencet tombol sinkronisasi inilah didapat ketepatan antara gambar dan
suara.

Untuk jelasnya urutan perintah Sutradara pada saat pengambilan gambar
film adalah:

1. “Tape Start” lalu tape recorder dijalankan juru suara yang  kemudian menjawab “Tape Running”

2. “Kamera Start” lalu kamera dijalankan juru kamera yang kemudian menjawab “Kamera Running”

3. “Claper” dipegang asisten kameramen atau pencatat adegan membacakan
claper ini dan mengatupkannya satu sama lain sehingga terdengar bunyi
klak.

4. “Action” maka pemain film mulai akting .

5. “Cut” yang menandakan pengambilan gambar selesai.

6. “Retake” bila pengambilan urutan di atas diulang kembali sebagai
pilihan karena kesalahan pemain berakting atau untuk mendapatkan stok
gambar lebih banyak lagi.

 

Dalam shooting selain paket drama juga ada paket dokumentasi. Dalam
paket dokumentasi tata cara pengambilan gambar dan suara juga sama.
Namun pemakaian klaper board tidak harus digunakan. Sebagai gantinya
digunakan tepuk tangan yang di ambil gambar dan suaranya di depan objek
yang di shoot.

Teknik Pengambilan Gambar Berdasarkan Gerakan Kamera

Teknik Pengambilan Gambar Berdasarkan Gerakan Kamera

1. Zooming : memperbesar ukuran gambar / objek

2. Panning : teknik perekaman object yang bergerak sehingga menghasilkan effect gerakan dan bisa terlihat jika object yang terfokus adalah object yang sedang moving atau bergerak.

3. Tilting : Gerakan kamera secara vertical,mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya.

4. Dolly : Gerakan di atas tripot atau dolly mendekati atau menjauhi subyek.

5. Follow : Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah

6. Framing : Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar (out) framming shot.

7. Fading : Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.

8. Crane Shoot : Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi objek.

Memahami Storyboard / Storyline

Pengertian Storyboard / StoryLine
 
Storyboard/Storyline adalah sketsa gambar yang disusun berurutan sesuai dengan naskah, dengan storyboard kita dapat menyampaikan ide cerita kita kepada orang lain dengan lebih mudah, karena kita dapat menggiring khayalan seseorang mengikuti gambar-gambar yang tersaji, sehingga menghasilkan persepsi yang sama pada ide cerita kita.
 
Salah satu  tahapan penting dalam produksi  film adalah membuat storyboard, setelah sutradara dan pengarah fotografi  membahas sebuah adegan mereka kemudian bertemu dengan artis storyboard untuk  menterjemahkan gagasan mereka dalam gambar. Disitu terbentuklah rancangan-rancangan shooting, dan ketika dirasa ada sesuatau yang kurang pas atau ada kendala-kendala dalam pengambilan gambar nantinya segera dapat dilakukan revisi.

 
 
 
Dengan mengacu pada rencana shooting  dalam storyboard para pemain dan krue dapat mengerjakan tugas mereka masing-masing dengan cepat dan tepat.  Storyboard secara gamblang memberikan tata letak visual dari adegan seperti yang terlihat melalui lensa kamera.
 
Storyboard juga berguna bagi editor untuk membantu menyusun scene yang berbeda- beda menjadi sesuai  dengan skenario  dengan lebih mudah dan cepat.

Pengertian Skenario

PENGERTIAN SKENARIO

Pengertian mengenai Screenplay atau Skenario menurut Syd Field dalam bukunya The Foundations of Screenwriting adalah :

”A screenplay is a story told with pictures, in dialogue and description, and placed within the context of dramatic structure. A screenplay is a noun – it is about a person, or persons, in a place or places, doing his or her or their thing. All screenplays execute this basic premise. The person is the character, and and doing his or her thing is the action. (1994:8).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa skenario itu adalah sebuah naskah cerita yang menguraikan urut-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik. Seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Adapun fungsi dari skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam pembuatan film.

TEKNIK PENULISAN SKENARIO :

  1. Inti Cerita

Tahap awal dalam penulisan skenario adalah menetukan inti cerita yang akan dikembangkan menjadi sebuah skenario. Dalam inti cerita ini kita sudah mempunyai gambaran singkat tentang plot, karakter utama, maupun setting dari cerita. Inti cerita ini bisa berasal dari ide/inspirasi yang kita temukan baik dalam imajinasi atau fenomena keseharian kita. Banyak juga penulis skenario yang mengadaptasi novel, cerpen, atau puisi untuk dikembangkan menjadi skenario.

Inti cerita dari film Romeo and Juliet, misalnya, adalah percintaan antara dua orang anak manusia yang berasal dari latar belakang keluarga yang berlawanan yang pada akhirnya melahirkan tragedi.

  1. Sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan cerita yang akan dikembangkan menjadi skenario. Pada umumnya Sinopsis ditulis semenarik mungkin dengan maksud menggoda pembacanya untuk membaca skenario dari sinopsis tersebut. Panjang sinopsis biasanya dari setengah sampai dua halaman. Sebagai contoh, kita dapat membaca sinopsis dari film-televisi Gadis Misterius berikut ini :

“Kisah roman-tragedi tentang seorang pelukis muda yang terobsesi pada gadis cantik yang pernah dilihatnya di tepi jurang. Obsesinya itu menjadi kenyataan ketika dia berkenalan dengan Lilis, resepsionis di sebuah kafé yang mempunyai wajah sangat mirip dengan wanita impiannya itu. Cerita kemudian berkembang setelah wanita yang dicintainya itu pun tiba-tiba menghilang dan dia dipaksa untuk menerima kenyataan-kenyataan yang sangat tidak masuk di akal. Lilis yang telah dipacarinya itu, ternyata telah meninggal jauh sebelum mereka pertama kali berkenalan. Kenyataan-kenyataan yang aneh tersebut justru mendorongnya untuk melakukan penyelidikan sampai kemudian dia menemukan jawaban yang sesungguhnya.”

  1. Karakter

Karakter atau tokoh adalah merupakan salah satu unsur terpenting dalam skenario sama halnya dalam cerpen maupun novel. Akan tetapi dalam skenario, karakter harus lebih dikembangkan secara lebih rinci. Hal ini juga berhubungan dengan kebutuhan aktor atau aktris yang akan memerankan karakter tersebut. Perincian karakter dalam skenario biasanya meliputi nama peran, jenis kelamin, usia, ciri-ciri fisik, sifat/prilakunya, pendidikan, kebiasaan, hubungan dengan karakter yang lain, dan sebagainya. Contoh perincian karakter adalah sebagai berikut :

Lilis, wanita berusia 25 tahun. Matanya teduh, murah senyum, rambutnya yang ikal panjang sampai ke punggung, dan tubuhnya ramping. Seorang wanita cantik yang selalu tampil sederhana, pekerja keras, dan baik hati. Dia juga tegar dalam menghadapi cobaan hidupnya. Meski dia selalu menghindar, namun diam-diam dia pun jatuh hati kepada Alam.

  1. Plot

Penyusunan plot yang merupakan alur cerita sangat diperlukan dalam menulis skenario sebagaimana dalam penulisan novel maupun cerpen. Struktur plot lazimnya terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu set up atau awal konflik, confrontation atau komplikasi masalah, dan resolution atau penyelesaian masalah. Dengan adanya plot yang disusun terlebih dahulu akan sangat membantu penulis dalam penulisan skenario. Bentuk plot secara sederhana adalah sebagai berikut :

Babak I : Alam berkenalan dengan Lilis di sebuah kafe tempat Lilis bekerja, kemudian timbul rasa saling suka diantara mereka. Konflik mulai timbul ketika secara tidak sengaja Lilis bertemu dengan Pak Willy, Lilis kabur dan menghilang entah kemana. Alam terus mencarinya dan bingung karena dipaksa untuk menerima kenyataan-kenyataan yang sangat tidak masuk di akal. Lilis yang telah dipacarinya itu, ternyata telah meninggal jauh sebelum mereka pertama kali berkenalan.

Babak II : Kenyataan-kenyataan yang aneh tersebut justru mendorongnya untuk melakukan penyelidikan sampai akhirnya dia menemukan jawaban yang sesungguhnya, Lilis dan Pak Willy pernah menikah dan mempunyai seorang anak, namun Pak Willy tidak mau bertanggung jawab. Alam kemudian berhasil menemukan Lilis dan menyatakan keinginannya untuk menikahi Lilis, namun Lilis menampik. Alam pasrah. Pak Willy kemudian berambisi untuk memiliki Lilis dan anaknya kembali. Dia berusaha membujuk Lilis.

Babak III : Lilis akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Alam, happy ending.

  1. Outline

Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot. Contoh outline adalah sebagai berikut :

1. Di Kawasan Puncak :

1.1. Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya,

1.2. Alam menghentikan kegiatan melukisnya begitu melihat seorang gadis berdiri di tepi jurang sambil memandang ke dasar jurang dan bersiap-siap melompat,

1.3.Alam yang melihat kejadian tersebut menjadi panik dan berteriak agar gadis itu tidak melompat,

1.4.Gadis itu tidak menanggapinya, dia tetap memandangi dasar jurang dengan tatapan kosong,

1.5.Alam berlari ke arah tepi jurang tempat gadis itu berada,

1.6.Alam tiba di tepi jurang dengan terengah-engah, namun dia tidak menemukan gadis itu lagi, dan seterusnya.

  1. Scene

Scene atau scene heading merupakan informasi tentang adegan. scene heading umumnya terdiri dari nomor scene, INT/EXT, lokasi adegan, dan waktu adegan. INT atau singkatan dari interior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan, sedangkan EXT atau singkatan dari exterior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan. Adapun bentuk scene heading adalah sebagai berikut :

1. EXT. KAWASAN PUNCAK – PAGI

  1. Action

Action atau aksi adalah keterangan mengenai kejadian dalam setiap scene atau adegan yang merupakan penjabaran dari Outlineyang sudah dibuat sebelumnya. Untuk Scene 1 dapat ditulis sebagai berikut :

1. EXT. KAWASAN PUNCAK – PAGI

Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya.

  1. Dialog dan Parenthetical

Dialog adalah kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh karakter dalam adegan. Sedangkan parenthetical adalah pentunjuk aksi atau ekspresi yang harus dilakukan oleh karakter dalam mengucapkan dialog. Misalnya emosi, sedih, menangis, tersenyum, tertawa, dan sebagainya. Adapun dialog yang mengiringi perjalanan scene yang menunjukkan suara hati atau pikiran dari karakter tanpa melafalkan dialog digunakan istilah Voice Over (V.O), sedangkan dialog tanpa menampilkan karakter dalam adegan digunakan istilah Off Screen (O.S). Contoh dialog dan parenthetical adalah sebagai berikut :

8. INT. VILA PUNCAK – PAGI

Alam menghampiri dan melihat sebuah lukisan wanita yang terpampang di dinding ruang tamu. Dipandanginya lukisan itu lama-lama. Bersamaan dengan adegan tersebut, terdengar suara Alam.

ALAM

(V.O)

Aku tidak tahu pasti, apakah yang dia kagumi lukisanku atau wanita yang ada di dalam lukisan ini? Aku merasa tidak perlu tahu. Kalaupun dia mengagumi wanita yang ada di dalam lukisan ini adalah hal yang wajar karena akupun sangat mengaguminya, bahkan aku pernah melihatnya walau hanya sekejap.

ISTILAH-ISTILAH TEKNIS PENULISAN SKENARIO

Dalam penulisan skenario terdapat banyak istilah-istilah teknis selain yang telah disebutkan sebelumnya, berikut ini adalah istilah-istilah teknis lainnya yang umum digunakan, antara lain adalah :

CAMERA FOLLOW, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengikuti pergerakan obyek

CAMERA PAN TO, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengalihkan kamera kepada obyek yang dituju dari obyek sebelumnya

CLOSE UP, petunjuk pengambilan gambar secara close-up

CUT TO, mengakhiri adegan secara langsung tanpa proses transisi

CUT TO FLASH BACK, petunjuk mengalihkan gambar ke adegan flash back

FADE IN, petunjuk transisi memasuki adegan secara perlahan

FADE OUT, petunjuk transisi mengakhiri adegan secara perlahan dari layar

FLASH BACK CUT TO, petunjuk untuk mengakhiri adegan flash back

INSERT, sama dengan CAMERA PAN TO

INTERCUT, petunjuk potongan adegan dalam satu adegan/scene

ZOOM IN, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot obyek dari jauh sampai dekat atau close-up

ZOOM OUT, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot obyek dari dekat sampai jauh

Menjelaskan Prosedur Pengoperasian Kamera Video

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi
Menjelaskan prosedur pengoperasian kamera video 
1.  Memasang baterai pada tempat baterai yang berada di bagian belakang badan handy kamera video , pastikan baterai terpasang dengan benar jangan sampai terbalik untuk merk Sony TRV355E.

 unduhan

 

Langkah 1,  tarik ke atas viewfinder. 
Langkah 2, masukkan baterai dan tekan 
ke bawah sampai berbunyi klik.

unduhan (3) 

Bagian-bagian dari  handy kamera video merk Sony TRV355E
1. Penutup lensa 
2. Layar LCD
3. Tombol pembuka layar LCD
4. Tombol volume
5. Batery 
6. Pengunci batery 
7. Tombol power
8. Tombol start/stop merekam 
9. Jek memasukan listrik dari adaptor
10. Tempat memesang tali handy camera 

unduhan (2) 

Bagian-bagian dari  handy kamera video merk Sony TRV355E
11. Informasi batery 
12. Tombol lampu 
13. Tombol kualitas warna 
14. Lensa 
15. Mikrophone/mike
16. Lampu tanda merekam 
17. Infrared (merekam di tempat gelap)
18. Tombol control vidio 
19. Tombol pengunaan lampu 
20. Tombol FADER
21. Tombol BACK LIGHT
22. Tombol FOCUS
23. Lampu sensor remot 

 unduhan (1)

2. Memasang kaset video yang terletak pada bagian bawah dari badan handy kamera video
Langkah 1, pencet tombol pembuka searah tanda panah dan buka penutupnya.
Langkah 2, masukkan kaset pada posisi jendela kaca kaset terlihat dari atas dan tekan bagian tengah belakang kaset.
Langkah 3, setelah penahan kaset secara otomatis turun kebawah kemudian tekan penutup kaset. 

7 Teknik Memegang Kamera Yang Baik Dan Benar

Bergantinya kamera SLR ke DSLR mempengaruhi peminat kamera dari semua kalangan, karena teknologinya semakin canggih, penggunaanyanya yang serba otomatis dan dapat digunakan oleh siapa saja bahkan oleh orang yang tidak pernah memegang kamera sekali pun kini mereka layaknya profesional.

untuk membedakan mana fotografer pemula  dan fotografer profesional di jaman sekarang ini memang agak sulit, karena selain kamera sekarang memiliki aksesoris anti goyang seperti IS (Image Stabilizer) pada lensa Canon juga diperlengakap dengan software yang mendukung untuk perbaikan hasil foto agar terlihat bagus.

Walaupun kamera sekarang memiliki fitur-fitur yang canggih namun itu semua tidaklah cukup, karena yang paling utama dari semua itu adalah bagaimana Sobat memegang kamera dengan benar agar tidak cepat lelah (karena bobot kamera yang lumayan berat) juga hasil gambar akan lebih tajam. Jika Sobat pemula, tidak ada salahnya mengikuti tips cara memegang kamera yang baik dan benar.

Pastikan strap (gantungan) kamera tergantung dileher, ini untuk meminimalisir jika kamera lepas agar tidak jatuh.

1.       Sikut Menekan Tubuh

 

Tangan kiri memegang kamera ,sambil jari-jari memegang grip zoom lensa. Tangan kanan memegang bagian shutter kamera, disini tangan kanan berfungsi untuk mengatur setting kamera. Kedua siku menekan tubuh, posisi ini berfungsi agar kamera tidak banyak goyang,karena ada tumpuan di badan Sobat. Pastikan memegang kamera agar mudah memandu mata pada obyek yang akan di ambil.

2.       Membuat Tumpuan Lengan Kiri

 

Tangan kanan memegang kamera, jari telunjuk tangan kanan disiapkan untuk shutter, sedankan jari lainnya memegang dengan kuat body kamera, posisi tangan kiri horizontal dipakai untuk tumpuan lensa kamera, ini berfungsi agar kamera tidak mudah goyang. Biasanya teknik ini dipakai jika Sobat akan menggunakan speed lambat seperti memotret landscape.

3.       Tumpuan Kedua Sikut

 

Tangan kiri memegang lensa dan jari-jari pada ulir lensa, tangan kanan memegang shutter dan untuk setting kamera. Jika Sobat lihat gambar disebelah kanan,ini slah satu teknik memegang kamera yang kurang benar,dimana tumpuan kamera hanya pada tangan kiri saja,kesalahan ini sering sekali dilakukan bahkan oleh fotografer profesional,

 4.       Memasang Kuda-kuda

Bukan hanya dalam bela diri saja kita diwajibkan memasang kuda-kuda, namun dalam memotret pun hal ini wajib dilakukan agar bada Sobat lebih stabil dan tidak mudah goyang.

 5.       Gunakan Tumpuan Kaki Saat Memotret Pada Posisi Rendah Atau Jongkok

 

Sobat harus ingat, dalam posisi ini kaki Sobat harus menjadi tumpuan tangan agar kamera tidak mudah goyang, dan menghasilkan gambar yang tajam.

 6.       Gunakan Benda Di Sekitar Untuk Menambah Kestabilan

Jika Sobat sedang memotret Outdoor misalnya, Sobat bisa menggunakan berbagai benda yang ada disekitar Sobat untuk menjadi tumpuan, misalnya ; dinding, mobil, pohon, tiang listrik, dsb.

7.       Memegang Kamera Pada Posisi Tiarap

Untuk menambah esensial dan nilai seni ketika memotret, terkadang Sobat memerlukan angel lain seperti melakukan tiarap (angel katak), Sebagai tumpuan ketikan tiarap adalah dengan menggunakan sikut agar kamera lebih stabil, jangan mengandalkan tumpuan badan karena terkadang bada bisa gemetar jika terlalu lama.

Itulah beberapa tips memegang kamera yang benar, semoga saja bermanfaat.

 

Sumber :  Antslearning.wordpress.com

Memahami Format Video

Oleh: Jayan Sentanuhady

PAL (Phase Alternating Line) Video:
Bitrate Video:
sampai 9.8 Mbps* (9800 kbps*) untuk video MPEG2
sampai 1.856 Mbps (1856 kbps) untuk video MPEG1

Resolusi:
720 x 576 pixels MPEG2 (disebut Full-D1)
704 x 576 pixels MPEG2
352 x 576 pixels MPEG2 (disebut Half-D1)
352 x 288 pixels MPEG2
352 x 288 pixels MPEG1 (sama dengan standar VCD)

Kecepatan Frame & Ratio
25 fps*
16:9 Anamorphic (hanya didukung pada resolusi 720×576)

Audio:
48000 Hz
32 – 1536 kbps
Sampai 8 audio track yang formatnya dapat berbentuk Dolby Digital, DTS, PCM(uncompressed audio), MPEG-1 Layer2. Satu track audion harus memiliki minimal format MPEG-1, DD or PCM Audio.

Extras:
Mendukung motion menu, still pictures –photo–, sampai 32 subtitles (terjemahan), sampai 9 sudut padang camera.

Total Bitrate:
Bitrate total termasuk video, audio dan terjemahan (sbutitle) dapat mencapai 10.08 Mbps (10080 kbps)
NTSC (National Television System Committee) Video:
Bitrate Video:
sampai 9.8 Mbps* (9800 kbps*) untuk video MPEG2
sampai 1.856 Mbps (1856 kbps) untuk video MPEG1

Resolusi:
720 x 480 pixels MPEG2 (disebut Full-D1)
704 x 480 pixels MPEG2
352 x 480 pixels MPEG2 (disebut Half-D1)
352 x 240 pixels MPEG1 (Sama dengan standar VCD)

Kecepatan Frame & Ratio
29,97 fps*
16:9 Anamorphic (hanya didukung pada resolusi 720×480)

Audio:
48000 Hz
32 – 1536 kbps
Sampai 8 audio track yang formatnya dapat berbentuk DD (Dolby Digital/AC3), DTS, PCM(uncompressed audio), MPEG-1 Layer2. Satu track audion harus memiliki minimal format DD or PCM Audio.

Extras:
Mendukung motion menu, still pictures –photo–, sampai 32 subtitles (terjemahan), sampai 9 sudut padang camera.

Total Bitrate:
Bitrate total termasuk video, audio dan terjemahan (sbutitle) dapat mencapai 10.08 Mbps (10080 kbps)

* Mbps = million bits per second
* kbps = thousand bits per second
* fps = frames per second

Memahami Format Video

Oleh: Jayan Sentanuhady

PAL (Phase Alternating Line) Video:
Bitrate Video:
sampai 9.8 Mbps* (9800 kbps*) untuk video MPEG2
sampai 1.856 Mbps (1856 kbps) untuk video MPEG1

Resolusi:
720 x 576 pixels MPEG2 (disebut Full-D1)
704 x 576 pixels MPEG2
352 x 576 pixels MPEG2 (disebut Half-D1)
352 x 288 pixels MPEG2
352 x 288 pixels MPEG1 (sama dengan standar VCD)

Kecepatan Frame & Ratio
25 fps*
16:9 Anamorphic (hanya didukung pada resolusi 720×576)

Audio:
48000 Hz
32 – 1536 kbps
Sampai 8 audio track yang formatnya dapat berbentuk Dolby Digital, DTS, PCM(uncompressed audio), MPEG-1 Layer2. Satu track audion harus memiliki minimal format MPEG-1, DD or PCM Audio.

Extras:
Mendukung motion menu, still pictures –photo–, sampai 32 subtitles (terjemahan), sampai 9 sudut padang camera.

Total Bitrate:
Bitrate total termasuk video, audio dan terjemahan (sbutitle) dapat mencapai 10.08 Mbps (10080 kbps)
NTSC (National Television System Committee) Video:
Bitrate Video:
sampai 9.8 Mbps* (9800 kbps*) untuk video MPEG2
sampai 1.856 Mbps (1856 kbps) untuk video MPEG1

Resolusi:
720 x 480 pixels MPEG2 (disebut Full-D1)
704 x 480 pixels MPEG2
352 x 480 pixels MPEG2 (disebut Half-D1)
352 x 240 pixels MPEG1 (Sama dengan standar VCD)

Kecepatan Frame & Ratio
29,97 fps*
16:9 Anamorphic (hanya didukung pada resolusi 720×480)

Audio:
48000 Hz
32 – 1536 kbps
Sampai 8 audio track yang formatnya dapat berbentuk DD (Dolby Digital/AC3), DTS, PCM(uncompressed audio), MPEG-1 Layer2. Satu track audion harus memiliki minimal format DD or PCM Audio.

Extras:
Mendukung motion menu, still pictures –photo–, sampai 32 subtitles (terjemahan), sampai 9 sudut padang camera.

Total Bitrate:
Bitrate total termasuk video, audio dan terjemahan (sbutitle) dapat mencapai 10.08 Mbps (10080 kbps)

* Mbps = million bits per second
* kbps = thousand bits per second
* fps = frames per second